Di balik perjuangan AS melawan terorisme yang seringkali tudingan diarahkan kepada warga keturunan Arab, salah seorang dari bangsa itu malah meraih posisi puncak sebagai Miss USA. Catatan sejarah sudah diukir Rima Fakih ketika ia terpilih untuk mewakili negara bagian Michigan dalam ajang nasional, Miss USA.
Rima tentunya tak hanya memiliki wajah cantik untuk mengalahkan 40 pesaingnya. Ia memiliki gelar ganda di Economics and Business Management. “Ia bukanlah pemegang titel tradisional. Ia seorang Arab-Amerika, putri dari imigran Libanon. Rima masih sanggup mempertahankan tiga pekerjaannya, sambil melaksanakan tugas sebagai Miss Michigan. Ia rendah hati,” demikian catatan media Arab Detroit, Senin (17/5).
Gadis yang berdomisili di Dearborn, Michigan ini adalah warga keturunan Arab pertama yang menjuarai kontes kecantikan. Namun ini bukan kali pertama Rima terjun ke kontes kecantikan. Ia pernah menjadi Miss Libanon USA. Meski kadang harus tampil seksi, keluarga dan komunitas Arab mendukungnya.
Mahkota Miss USA kini tersemat dengan indah di kepalanya, pada Minggu (16/5) waktu setempat. Gadis berusia 24 tahun ini mengalahkan 50 kontestan lainnya. Miss USA pendahulunya, Kristen Dalton, meletakkan tiara juara itu di kepalanya, dalam ajang yang digelar di Planet Hollywood Resort & Casino, Las Vegas. “Saya merasa luar biasa, terima kasih Donald Trump,” ujarnya mengucapkan terima kasih kepada salah satu pemilik kontes Miss USA.
Ketika pertanyaan puncak, gadis yang dibesarkan dalam budaya Islam dan Kristen ini ditanya apakah program keluarga berencana AS harus dibiayai asuransi kesehatan. Ia menjawab ya. “KB seperti obat lain meski pada dasarnya adalah sebuah substansi pengendali,” demikian jawab Rima.
Saat diwawancarai sesudah menjuarai Miss USA, ia berkata menjual mobil Ford Taurus 1998-nya demi membayar biaya pendaftaran sebesar US$800. Semua itu terbayar. Ia memenangkan beasiswa dan lemarinya penuh dengan pakaian-pakaian bak ratu. Rima akan menghuni sebuah apartemen mewah di New York.
Rima terlahir di Libanon. Kedua orangtua, bersama Rima bayi dan kakak lakinya kemudian hijrah ke New York. Ia mengenyam pendidikan di sebuah sekolah Katolik di New York hingga keluarganya pindah ke Michigan. Rima baru saja lulus dan berencana kuliah lagi dan memilih jurusan hukum.
Ia seorang aktivis dan penasihat untuk kewaspadaan terhadap kanker payudara dan rahim. Tak lama lagi, ia juga mewakili AS untuk bersaing dalam Miss Universe. Uniknya, Rima telah menyiapkan segala jawab untuk pertanyaan terkait darah Arab yang mengalir dalam darahnya itu.
“Menurut saya, (kemenangan) ini sebuah bukti bahwa Arab tak selalu menjauh dan memisahkan diri. Budaya Arab terintegrasi dengan kultur Amerika,” ujarnya.
Rima yakin, hal ini akan membuat dunia melihat bahwa Arab tak hanya memiliki fisik yang cantik namun juga inner beauty. “Ada Arab yang mengasihi dan orang-orang yang baik, serta mencintai negara yang mereka tinggali. Saya merasa hal ini akan memperbaiki citra Arab dan menjadi lebih positif,” lanjutnya.
Sungguh ironis. Ketika Rima mendapatkan nama dari hal yang begitu positif, rekan Arabnya malah menaburkan citra jelek ras ini di AS. Penduduk New York tentunya belum melupakan bom mobil di Times Square yang ditinggalkan oleh Faisal Shahzad, warga Pakistan yang belum setahun mendapatkan kewarganegaraan AS.
No comments:
Post a Comment